Artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas bahasa indonesia ketika saya masih sekolah di MAN 1 Model Kota Bengkulu, mohon digunakan sebaik-baiknya. Terima kasih.
Resensi
Novel No Jodoh We Cry
By : Muhammad
Khalish Hafizh
Identitas
Judul : No Jodoh We Cry
Pengarang : Tita Rosianti
Editor : Gita Romadhona
Desainer sampul : Bintang Alleyosha Mahacakrie
Ukuran 13 x 19 cm
Cetakan pertama : 2008
Jenis Buku : Komedi Cinta
Penerbit : Gagasmedia
Terbit Tahun : Oktober 2008
Tebal
: 217 halaman
Harga
: Rp.35.000
Kepengarangan : Tita Rosianti
Lahir di Rumah,
26 tahun lalu, dengan bantuan dukun beranak bernama mak Onah. Dan dalam usia
tiga hari, sudah punya seekor kutu di kepalanya, yang ironisnya, ditulari oleh
sang dukun beranak. Kini, 26 tahun kemudian, setelah menimba ilmu hingga
mencapai bangku kuliah, menganggur dan lebih memilih menjadi ibu rumah tangga,
sang penulis sendiri sudah bisa berproduksi dan punya seorang putra. Untungnya
nasib sang anak, jauh lebih baik dari sang ibu. Lahir di Rumah Sakit, dan tidak
ditulari kutu.
Maka sekarang,
selain menulis novel, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, tidur siang, dann
ngupil, penulis punya job-desk baru. Menjadi seorang ibu. Buku ini merupakan
buku keempatnya,setelah Freya Valkrye
(Gagasmedia, 2006), Brondong,
nyebelin tapi ngangenin?! (Gagasmedia,2007), novel adaptasi Kawin Kontrak (Gagasmedia, 2008).
Contact : tita_rosianti@yahoo.com
Sinopsis novel, Selama,
ini Lavin, Pia, dan Yupi seneng-seneng dengan status single mereka. Tapi suatu
saat karena terpicu perasaaan cemburu ngeliat temen-temennya pada punya
gandengan semua, Pia dan Yupi jadi pengen pacaran juga. Mereka bertiga sepakat
untuk mencoba pacaran. Semua, termasuk Lavin yang awalnya nolak banget, harus
PeDeKaTe dan ngerasain sendiri kayak gimana rasanya pacaran.
Mereka bertiga adalah pecinta
kebebasan, pecinta damai, pecinta bubur ayam plus kopi panas. Pecinta sepak
bola dan pingpong. Mereka juga pecinta reagae, terutama Bob Marley. Rasa suka
itu bukan semata-mata karena rambut rastanya. Bagi mereka bertiga, Bob Marley
mempunyai arti lebih dari sekedar style.
Mereka mencintainya, bukan karena dia
pionir dari musik reggae Jamaica, bukan pula gara-gara musiknya begitu
memengaruhi gerakan politik independen orang-orang kulit item. Kalo orang
ngenggep sikap tergila-gila kami pada Bob Marley hanya karena rasa simpati belaka, itu jelas salah.
Pasalnya, Bob Marley, kan mengidap penyakit kanker dan mati usia yang terbilang
muda.
Mereka juga bukan suka Bob Marley karena
gara-gara kalimat khas yang sering dibilang sama para reggaers. “Oo.. yo
man..., “ ”Peace yo man...,” “Mantap, maan.”
Alasan
kami mencintai Bob Marley hanya satu :
Ia pencetus moto, “No Woman No Cry”.
Moto yang sangat berarti bagi
mereka bertiga-para jomblo lapuk, yang belum pernah pacaran sekali pun, dan
sulit melakukan pendekatan pada lawan jenis. Kami jadi yakin, tak punya pacar
bukanlah akhir dari dunia.
Itu titik awal dari serentetan
kecintaan mereka pada Bob Marley.
A motto.
Dengan moto tersebut, seberat apa
pun hidup, mereka tetep survive meski
berstatus lajang dan sedang mengacu ke arah gak laku. Namun sayang, kekuatan
mereka itu seminggu sekali akan hilang, hal itu karena sebuah hari yang tabu
bagi “jojoba” alias jomblo-jomblo basi. Yup, Sabtu. Di hari itu, mereka selalu
mengalami Saturday Night Fever (SNF), alias Demam Malam Minggu.
What a worse day!!
Untuk menghindari meriang yang satu
ini, setiap sabtu mereka berkumpul. Di sebuah warung kopi.
Mereka memupuk persatuan agar kuat
menghadapi perasaan sedih, plus sakit hati, karena menjadi makhluk tak laku.
Mereka juga saling meyakinkan, tak perlu mencemaskan malam Minggu dilewati
tanpa pacar. Bahwa jomblo itu bukan hal nista.
Seperti malam
minggu ini.
Mereka bertiga
berkumpul di warung kopi. Judul Mekar Sari tertera di spanduk kain yang menghiasi
wajah depan warung. Biasanya, warunng ini kami sebut burjo (bubur kacang ijo)
Mas Blek (baca: Black), base camp-nya geng SNF. Burjo mungil ini terletak di
daerah Petojo Selatan, deket Kali Cideng. Meskipun kecil, burjo yang satu ini
selalu memberikan rasa nyaman, aman, dan santai. Tapi, yang paling penting,
nih, bisa ngutang.
Dan saat
berkumpul, Yupi yang sedang jenuh karena tidak pernah memiliki pacar sekalipun.
Memiliki sebuah ide untuk mencoba mencari pacar, dan Yupi mengajak Pia, dan
Lavin. Pia sihh setuju tapi Lavin mati-matian untuk menolaknya, karena Lavin
sudah pernah merasakan sakit hati karena cowok.
Tapi dengan
alasan yang bertubi-tubi akhirnya ide gila Yupi di sepakati oleh Lavin, dengan
alasan ingin mengetahui apa rasanya pacaran? Apakah menyakitkan seperti kata
orang-orang? Atau sebaliknya?
Di minggu
pertama, mereka bertiga memulai aksinya, dengan menggunakan pedoman buku
paririmbon milik Yupi.
Lokasi pertama
mereka untuk mencari pacar yaitu di Warnet, menurut Yupi warnet adalah salah satu
cara orang untuk berkomunikasi. Jadi, gak salah kalau mereka bisa dapat pacar
melalui internet. Dan Yupi pun berhasil, dia dapat kenalan cewek melalui
internet dan langsung diajak ketemuan di sebuah Mall yang jauh dari tempat
tinggal mereka, tapi demi ketemu dengan cewek itu jarak tidak jadi masalah bagi
Yupi. Dan nasib buruk dialami Pia dan Lavin yang gagal mendapat kenalan.
Dan keesokan
harinya di Mall Taman Anggrek, Yupi pun bertemu dengan kenalan barunya walaupun
sudah menunggu dengan sangat lama. Tapi, Yupi pun bahagia karena kenalan
barunya itu sangat cantik.
Lokasi kedua
didatangi oleh mereka, dengan harapan Lavin dan Pia berhasil mendapatkan
gebetan. Dan lokasi kedua itu adalah perpustakaan kampus Yupi, menurut Yupi
pasangan yang baik itu adalah orang yang pintar. Lalu, mereka bertiga pergi
kesana dan ditambah oleh adeknya Lavin yaitu Marvin. Disana mereka merasa bosan
karena mereka bertiga bukan tipe orang yang suka membaca buku. Namun, Lavin pun
bertemu seorang lelaki yang tampan, tapi sangat cuek. Lavin terus memandang
lelaki itu tapi laki-laki itu hanya membalas tatapan sinis.
Setelah lama
menunggu, Lavin teringat dengan Marvin. Tapi Marvin telah menghilang entah
kemana, mereka pun mencari Marvin, setelah 2 jam Pia, dan Yupi merasa
kelelahan. Dan mengajak pergi ke kantin kampus untuk membeli minum, dan
ternyata di kantin itu ada Marvin yang sedang makan, dan di temani oleh seorang
laki-laki yang tidak lain adalah laki-laki cuek yang ditemui Lavin di
Perpustakaan tadi.
Mereka pun
berkenalan dan laki-laki itu memberikan nomor ponselnya kepada Lavin supaya
bisa saling menghubungi. Dan Lavin pun sangat senang, karena tidak menyangka
akan mendapat kenalan yang ganteng dan baik, walaupun sedikit cuek.
Lavin dan Yupi
sudah mendapat kenalan sekarang tinggal Pia yang belum, secara karena Pia
memiliki selera cewek yang tinggi tapi dia tidak pernah berkaca kepada dirinya
yang memiliki wajah pas-pasan.
Saat Pia ingin
pergi ke kampus, tiba-tiba motornya mogok dan dia menelpon Lavin untuk meminta
pertolongan. Tapi saat dia sedang duduk di pinggir jalan, ada sekelompok cewek
cantik yang sedang jalan dan salah seorang cewek itu berkata kepada temannya
“ehh Din, loe kok nggak mau pacaran padahal loe kan cantik”, temannya pun
menjawab “gak ahh,, cowok itu cuma bisa nyaikitin hati”, dengan spontan Pia
menjawab tanpa rasa malu “ehh mbak, gak semua cowok yang kayak gitu”. Tapi
cewek itu menjawab dengan santai “lagian siapa sihh yang ngobrol sama kamu?”.
Dan Pia pun sadar, dengan apa yang barusan dia lakukan, dia merasa bahwa dia
baru melalakukan hal terbodoh didunia.
Wanita-wanita
itu pun pergi meninggalkan Pia, tapi Pia mengikuti mereka, dan alangkah
terkejut Pia saat tahu bahwa mereka satu kampus dengannya. Pia pun datang
menghampiri mereka, dengan wajah memelas dan meminta maaf dengan perkataan dia
di jalan tadi.
Tapi lama
kelamaan mereka pun semakin dekat. Sampai suatu hari Pia mengajak Lavin dan
Yupi untuk ikut casting sebuah film tentang zaman Kerajaan. Mereka disana di
tugaskan untuk menjadi pemeran pembantu dengan menggunakan sanggul. Akting pun
dimulai, Lavin dan Yupi menjadi tukang penjual buah dan Pia jadi warga.
Setelah selesai
akting, Pia pun menyamperin Lavin dan Yupi, dan meminta izin untuk pergi ke
kamar ganti sebentar. Tapi setelah lama menunggu dan Pia tidak muncul juga. Dan
akhirnya Pia menghubungi mereka dan meminta maaf karena dia sudah pulang dluan
dengan teman ceweknya. Lavin dan Yupi pun sangat marah. Dan mereka saling
bermusuhan dengan Pia. Lalu Lavin pun menyalahkan Yupi karena idenya lah mereka
jadi bermusuhan. Setelah sekian lama bermusuhan. Muncul niat untuk berbaikan
karena Yupi telah merasakan sakit hati karena wanita yang menjadi pacarnya itu
adalah seorang janda, dan si Pia juga putus dengan pacarnya karena pacarnya
selalu melarang Pia untuk bermain bersama sahabat-sahabatnya. Akhirnya mereka
kembali berbaikan tapi Lavin masih dekat dengan teman cowoknya, dan kakak si
Lavin yaitu Kevin tidak senang kalau Lavin dekat dengan laki-laki itu, karena
Kevin tau bahwa Laki-laki itu sudah punya istri yang tidak lain adalah teman
dekat si Kevin.
Kevin berencana
untuk memberitahu Lavin tentang laki-laki itu, dan dia meminta tolong kepada
Pia dan Yupi, mereka pun membuat sebuah rencana yaitu, mempertemukan laki-laki
itu dengan istrinya di depan mata Lavin.
Dan rencana itu
pun dilakukan dan berjalan dengan lancar, tapi tidak sesuai rencana Lavin pun
merasa sakit hati dan sangat marah kepada Kevin, Pia dan Yupi.
Satu bulan telah
lewat, mereka masih saling bermusuhan. Dan pada akhirnya Lavin memutuskan untuk
pergi ke Warung Mas Blek untuk menghilangkan beban pikiran. Tapi saat tiba
disana, dia melihat Kevin, Yupi dan Pia sedang berbincang Warung Mas Blek.
Lavin pun duduk, suasana di sana menjadi tegang. Setelah menunggu beberapa
lama, akhirnya Lavin memulai pembicaraan dan meminta maaf kepada mereka. Dan akhirnya
mereka saling memaafkan, dan gang SNF bersenang-senang lagi, tapi dengan
ditambah oleh anggota baru yang tidak lain adalah kakak Lavin sendiri yaitu
Kevin.
Dan mereka
mengambil kesimpulan, bahwa lebih baik menunggu jodoh dari pada harus pacaran
yang bikin sakit hati.
Penilaian
·
Baik
: karena novel ini mengajarkan kita bahwa persahabatan lebih penting dari pacaran.
Dan jangan suka bermusuhan. Dan novel ini banyak komedinya, sehingga tidak
bosan membacanya.
·
Buruk
: karena di novel banyak menggunakan bahasa kasar dan kata-kata sarkasme.
Penilaian
Sampul, Sampulnya bagus dari
warnanya yang cerah yang bergambarkan 4 kepala orang yg sedang melihat keatas
diatas kartu bridge. Dan terdapat tulisan No Jodoh We Cry..
Sehingga membuat para pembaca penasaran, penasaran
kepada 4 kepala orang di atas kartu bridge, apa maksud dari cover itu. Yang
membuat orang lebih ingin membacanya.
Bahasa
Menggunakan bahasa
tidak baku (bahasa Gaul) dan banyak mengunakan bahasa yang kasar. Contoh : gue,
loe, kampret. Dan juga banyak menggunakan istilah yang biasa dipakai oleh
anak-anak gaul. Contoh : Ogahh.
Unsur
Intrinsik :
Tema : Kisah tiga orang jomblo yang ingin
tahu rasanya pacaran.Amanat
: jangan karena pacar
kita lupa kepada sahabat-sahabat kita.
Penokohan
Lavin : Egois, keras kepala. Karena Lavin
memiliki sikap mudah marah, tanpa pikir panjang. Contohnya saat dia marah
dengan Kevin yang memberitahu kepadanya bahwa Edwan itu adalah suami orang. Pia : Baik, egois, jahil. Karena dia
orangnya selalu mengganggu Lavin dan Yupi, dan baik karena, dia lebih memilih
sahabat dari pada pacarnya. Yupi :
Baik, tulalit. Orangnya baik, suka mentraktir orang, dan sedikit tulalit karena
sering tidak nyambung dengan pembicaraan. Kevin
: Baik, sedikit kasar. Baik karena dia ingin memberitahu adiknya bahwa Edwan
itu punya istri. Marvin : Nakal.
Karena dia selalu mengganggu Lavin, dan menyuruh-nyuruhnya.
Alur
: Mundur
Karena pada
novel ini, di awali oleh rencana Yupi untuk merasakan pacaran, hingga mereka
semua mendapat pacar, tapi akhirnya merasakan sakit hati dan mereka yakin bahwa
menunggu jodoh lebih baik.
Setting/Latar
Tempat :
warung Mas Blek, Perpustakaan, Mall Taman Anggrek, pinggir jalan, Kampus Pia,
rumah Lavin, tempat kos Yupi, dll.
Waktu
: Malam hari, pagi, siang hari.
Suasana
: haru, tegang, sedih, bahagia.
Ajakan/sasaran dan saran
Sasaran
: novel ini cocok untuk
di sampaikan kepada anak-anak muda dan remaja yang jomblo dan lagi
sibuk-sibuknya dengan istilah GALAU. Karena mengapa, dalam novel ini terdapat
pesan bahwa tidak ada pacar tidak masalah.
Saran : sebaiknya kata-kata kasarnya
dikurangi, dan kata-kata menghina untuk tidak di gunakan. Karena itu dapat
ditiru oleh anak-anak zaman sekarang.
Tujuan
Resensi
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia yang di
berikan guru, dan supaya mengerti cara membuat resensi pada Novel. Sekaligus
melatih kita untuk mengetahui inti dan pokok pikiran dari sebuah novel.